![]() |
Gambar Hiasan |
JIHAD PENA
Dingin malam membisikkan derita
Tiupan angin kala itu menyampai maksud duka
Ada jiwa tidak berdosa yang teraniaya
Ada manusia celaka memecah damai lalu bangga menabur derita.
Terganggu lena mereka
Terbangkit paksa dikejut tanya
Tak terduga ujian tiba tanpa diminta.
Duhai jiwa-jiwa yang masih selesa
Cuba kita lihat pada anak kecil itu.
Saat usia baru sahaja melihat dunia
Diragut jiwa mereka oleh kekejaman mereka
Ketika baru sahaja ingin mengenal dunia
Dirobek nyawa dari jasad mereka.
Wahai jiwa-jiwa yang masih kaya dengan bahagia
Cuba renung nasib si kecil itu.
Belum puas bermanja dengan ibunya
Sudah dikejami tangan-tangan manusia celaka.
Disambar peluru tidak bermata
Dihempap letupan malapetaka
Menitis darah suci bangsa-bangsa teraniaya
Berciciran jatuhnya menyembah bumi tidak berdosa.
Duhai jasad-jasad yang masih sempurna
Di saat kita dibanjiri dengan bermacam pesta
Mereka pula sarat ditenggelami tangis dan darah
Saat kita disajikan dengan bermacam hiburan
Mereka disirami peluru dan bahan letupan
Tatkala kita dikunjungi Malaikat Mikail
Mereka telahpun disapa Izrail.
Kering airmata
Habis sudah tangis tapi belum terpadam duka
Kering akhirnya darah namun tetap belum pulih derita.
Terkulai tidak berdaya
Hanya mampu berserah pada Yang Maha Berkuasa.
Wahai saudaraku yang sedang dahsyat diuji di bumi sana
Hapuskanlah airmatamu
Kerna tika jasadmu diludah butiran peluru
Malaikat telah menulis namamu sebagai syahiddin
Ketika tangis anak-anakmu ditelan tempikan meriam dan peluru
Malaikat telah mengangkat darjatmu paling tinggi
Malah saat zikirmu dicelah orkestra perang
Tuhan telah menyiapkan singgahsana untukmu.
Sudah keringkah airmatamu yaa Ikhwanul Muslimin?
Telah kau kesat titisannya dengan selendang istiqamah
Ketika deras bertumpahan
Kau biarkan ia membasahi bumimu yang kering dan terluka
Malah tika anak-anakmu tidak mengerti mengapa buminya yang tandus terus-terusan
disimbah petaka zionis
Kau teguk airmatamu buat penghilang dahaga kenaifan
Tatkala kehausan mendodoikan anakmu dengan suara Nazilah.
Duhai jiwa yang mulai bangkit nafsu syahidnya
Jika kita tidak bisa tampil ke realiti medan juang
Jika kita tidak mampu menyampai jihad dengan hunusan pedang
Berjihadlah dengan berperisaikan helaian kertas
Bersenjatakan batang-batang pena
Biar dakwat keras berbicara.
Karya,
Wan Safrie Oyong
Tiada ulasan:
Catat Ulasan