Selasa, 24 Mei 2016

Sajak Jihad Pena


Gambar Hiasan


JIHAD PENA


Dingin malam membisikkan derita

Tiupan angin kala itu menyampai maksud duka

Ada jiwa tidak berdosa yang teraniaya

Ada manusia celaka memecah damai lalu bangga menabur derita.



Terganggu lena mereka

Terbangkit paksa dikejut tanya

Tak terduga ujian tiba tanpa diminta.



Duhai jiwa-jiwa yang masih selesa

Cuba kita lihat pada anak kecil itu.



Saat usia baru sahaja melihat dunia

Diragut jiwa mereka oleh kekejaman mereka

Ketika baru sahaja ingin mengenal dunia

Dirobek nyawa dari jasad mereka.



Wahai jiwa-jiwa yang masih kaya dengan bahagia

Cuba renung nasib si kecil itu.



Belum puas bermanja dengan ibunya

Sudah dikejami tangan-tangan manusia celaka.

Disambar peluru tidak bermata

Dihempap letupan malapetaka

Menitis darah suci bangsa-bangsa teraniaya

Berciciran jatuhnya menyembah bumi tidak berdosa.



Duhai jasad-jasad yang masih sempurna

Di saat kita dibanjiri dengan bermacam pesta

Mereka pula sarat ditenggelami tangis dan darah

Saat kita disajikan dengan bermacam hiburan 

Mereka disirami peluru dan bahan letupan

Tatkala kita dikunjungi Malaikat Mikail

Mereka telahpun disapa Izrail.



Kering airmata 

Habis sudah tangis tapi belum terpadam duka

Kering akhirnya darah namun tetap belum pulih derita.

Terkulai tidak berdaya

Hanya mampu berserah pada Yang Maha Berkuasa.



Wahai saudaraku yang sedang dahsyat diuji di bumi sana

Hapuskanlah airmatamu

Kerna tika jasadmu diludah butiran peluru

Malaikat telah menulis namamu sebagai syahiddin

Ketika tangis anak-anakmu ditelan tempikan meriam dan peluru

Malaikat telah mengangkat darjatmu paling tinggi

Malah saat zikirmu dicelah orkestra perang

Tuhan telah menyiapkan singgahsana untukmu.



Sudah keringkah airmatamu yaa Ikhwanul Muslimin?

Telah kau kesat titisannya dengan selendang istiqamah

Ketika deras bertumpahan

Kau biarkan ia membasahi bumimu yang kering dan terluka

Malah tika anak-anakmu tidak mengerti mengapa buminya yang tandus terus-terusan 

disimbah petaka zionis

Kau teguk airmatamu buat penghilang dahaga kenaifan

Tatkala kehausan mendodoikan anakmu dengan suara Nazilah.


Duhai jiwa yang mulai bangkit nafsu syahidnya

Jika kita tidak bisa tampil ke realiti medan juang

Jika kita tidak mampu menyampai jihad dengan hunusan pedang

Berjihadlah dengan berperisaikan helaian kertas 

Bersenjatakan batang-batang pena

Biar dakwat keras berbicara.



Karya,
Wan Safrie Oyong

Tiada ulasan:

Catat Ulasan